MAUKAH (KITA) “TERTIPU” AI?

 


Oleh: Chaerudin A. Ewa//Penulis Buku dan Pendiri Penerbit Magama//

Artificial Intelligence (AI) atau apa yang kita sebut kecerdasan buatan dalam beberapa tahun terakhir semakin menunjukkan ferformanya yang terus meningkat. Karenanya seakan menjadi momok menakutkan bahkan disebut-sebut akan menggantikan peran manusia di masa depan. Sepertinya memang hal ini ada benarnya, walaupun tidak sepenuhnya. Peran AI di berbagai bidang ditengarai akan menggantikan profesi-profesi manusia di masa depan, namun benarkah demikian?

Ketika kita sebut akan menggantikan posisi kita sebagai manusia di masa depan, maka sejatinya itu adalah cambuk motivasi buat kita untuk terus memperbaiki diri, meningkatkan kemampuan agar jangan sampai tergeser oleh AI tersebut. Konsep AI akan menggeser peran manusia sejatinya berasal dari konsep filosofi moderen yang menurut penulis mengabaikan keberadaaan Tuhan, maka kita juga harus berhati-hati dengan konsep yang mengarah kepada dotrin ini.

Sebab, jika ini kita pahami mentah-mentah, maka sejatinya kita sudah membantah fitrah kita sendiri. Pertama, bahwa manusia diciptakan sebagai mahhluk terbaik, ini kata Tuhan, bukan kata kita. Yang kedua adalah bahwa AI adalah ciptaan manusia juga, yang artinya kehebatan AI itu tergantung pada manusia yang menciptakan dan mengoperasikannya.

Dulu ketika komputer mulai merambah dan menjadi bagian keseharian kehidupan manusia juga sama saja. Sebagian menjadi terbantu karena adanya komputer, tetapi tidak sedikit pula yang justru menjadi masalah baru yang memperumit dan memperlambat pekerjaan. Demikian pula prediksi penulis terkait kehadiran AI ini.

Mari kini kita masuk pada bagaimana kita menempatkan AI dalam kehidupan nyata. Benar bahwa AI telah menggantikan beberapa peran manusia dan profesi-profesi yang ada. Namun menurut penulis, hal tersebut tidak lebih kurang dalam konteks memudahkan dan mempercepat. Sama dengan awal-awal kita menggunakan mesin untuk mempercepat pekerjaan yang dilakukan terbatas oleh tenaga manusia dan hewan yang kita kenal sebagai revolusi industri yang pertama, maka demikian pula dengan AI.

Sebab apakah semua masalah juga bisa selesai dengan AI? Ternyata tidak semua bisa selesai dengannya, bahkan tidak jarang pula terjadi AI, ternyata “salah membaca” dan “salah memahami” perintah yang diberikan dalam konteks pengoperasiannya. Ternyata tidak semua hal bisa diselesaikan oleh AI.

AI yang mengandalkan teknologi informasi, alograritma mesin matematis tdak akan mampu menjawab keseluruhan masalah yang dihadapi manusia sebagai mahluk humanis dan sosial. Di samping, keberdaaan AI sebagai alat yang dikendalikan oleh manusia terbatas bisa saja saat ini  merupakan layanan murah namun dapat berubah menjadi sangat mahal dan terbatas, suatu saat nanti ketika ketergantungan manusia pada AI sudah sangat besar.

Jangan salah bahwa, secanggih-canggihnya AI tetap merupakan alat yang dikendalikan oleh manusia. Artinya bahwa AI pun tidak akan mampu maksimal, jika manusia yang menggunakannya tidak tepat.

Perbaikan yang terus dilakukan pada AI hingga masa yang akan datang seperti banyak informasi yang beredar itupun belum dapat dipastikan hasilnya seperti apa. Pada saat yang sama, kemajuan apapun yang terjadi dalam kehidupan kita tidak ditentukan oleh satu faktor saja tetapi oleh banyak faktor dan variabel lain yang saling mendukung.

Dengan demikian, menyikapi keberadaan AI tidaklah boleh membuat kita terjerumus pada pemahaman sempit yang mematikan optimisme untuk maju dan berkembang. Idealnya justru keberadaan AI kita manfaatkan untuk mendukung kinerja kita lebih cepat dan makin baik, pada posisi dan profesi apapun yang kita lakoni.

Secanggih apapun AI, hanyalah alat dan media, sementara manusia harus tetap berperan sebagai subjek kemajuan. Jangan sampai kelengahan kita menghadapi kemajuan teknologi yang seperti serangan bertubi-tubi justru akan menjadi bom waktu yang akan menjadi kemunduran peradaban manusia, ketika kita tidak mampu belajar dan hanya pasif sebegai penerima informasi dan bersifat konsumtif semata. (*)

Posting Komentar

0 Komentar