SEJARAH AWAL PERCETAKAN BUKU DI INDONESIA
Pada masa awal percetakan di Indonesia, kegiatan ini dimulai pada abad ke-17. Pada tahun 1601, Gubernur Jenderal VOC pertama di Hindia Belanda, Jan Pieterszoon Coen, membawa mesin cetak pertama ke Indonesia. Mesin cetak tersebut digunakan untuk mencetak buku-buku agama Katolik yang diperlukan oleh misionaris.
Pada tahun 1823, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan). Organisasi ini memiliki departemen percetakan yang bertugas mencetak buku ilmiah dan literatur. Selain itu, percetakan-pencetakan swasta juga mulai bermunculan, seperti Francisius Asianus yang mencetak berbagai buku dan majalah di Batavia.
Perkembangan percetakan di Indonesia semakin pesat seiring dengan bangkitnya nasionalisme pada awal abad ke-20. Buku-buku dan surat kabar nasionalis dicetak dan disebarluaskan melalui percetakan-pencetakan seperti Balai Pustaka yang didirikan pada tahun 1917 sebagai badan penerbitan pemerintah yang bertugas menerbitkan karya-karya Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, industri percetakan semakin berkembang dengan adanya kebebasan berekspresi dan munculnya berbagai media massa baru. Percetakan modern dengan teknologi yang lebih canggih mulai muncul di Indonesia dan menjadi bagian penting dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya bangsa.
Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan industri
percetakan terus berlanjut hingga saat ini dengan adopsi teknologi digital.
Meskipun teknologi digital semakin dominan, percetakan konvensional tetap memiliki
peranan penting, terutama dalam produksi buku dan material cetak yang khas. (REDAKSI)
Posting Komentar
0 Komentar