SAAT MENULIS JADI KEBUTUHAN?

Oleh: Chaerudin A. Ewa*

#Sulawesimenulis

Memahami dunia menulis bisa dari banyak persepsi. Bahkan hingga pada pemahaman bahwa menulis itu sekadar hobi, layaknya hobi olahraga, traveller, menyanyi, memasak dan sebagainya. Ini tak keliru namun pemahaman ini cenderung sempit dan mereduksi satu aktivitas luar biasa dari setiap manusia yang paling mendasar yakni kebutuhan untuk berkomunikasi.

Ketika kita bertanya, sebesar apa kebutuhan kita akan menulis, sesungguhnya sama ketika kita bertanya sebesar apa kebutuhan kita untuk berbicara.

Sebab menulis dan berbicara adalah bentuk komunikasi yang memiliki posisi yang sama sebagai bagian dari komunikasi dalam bentuk verbal. Ingat bahwa komunikasi verbal dan paling mendasar dibutuhkan itu hanya ada dua kalau bukan melalui lisan ya tulisan. Jika komunikasi lisan tidak terkait dengan hobi maupun profesi, maka menulis sejatinya pun demikian kan?

Di era teknologi digital yang gencar mengisi hampir seluruh aspek keseharian kita. Pergeseran paradigma juga sering terjadi. Ada anggapan bahwa budaya menulis tidak lagi diperlukan, namun benarkah demikian? Tentu ini dengan sangat mudah bisa dijawab, sebab fakta ternyata sebaliknya.

Semakin maju teknologi komunikasi, semakin dibutuhkan pula kemampuan komunikasi tulisan. Teknologi hanyalah media yang membuat model dan pendekatan komunikasi menjadi beragam. Tetapi dasarnya, komunikasi lewat tulisan merambah hampir semua hal.

Kondisi kebutuhan melek budaya tulis bahkan bisa kita saksikan pada banyaknya kesalahpahaman di media sosial yang terjadi juga salah satunya diakibatkan oleh ketidak-mampuan atau kekurangan skill dalam komunikasi tulis.

Bagaimana dengan menulis buku? Demikian pula rasanya. Ada semacam sentimen bahwa menulis buku tidak lagi dibutuhkan, karena masyarakat kini lebih sibuk dengan gadget, dan tak memiliki waktu untuk membaca buku. Sentimen seperti ini tidak boleh dibiarkan karena akan mendangkalkan pemikiran, maka harus diluruskan. Buku bukan semata produk ekonomis, tetapi merupakan media aktualisasi diri dan kebutuhan untuk memahami satu persoalan secara lebih detail dan mendalam. Kita boleh baca artikel seperti saat ini di berbagai platform media sosial, tetapi sebenarnya tidak bisa menggantikan buku dalam banyak hal.

So, menulis bukan hanya tentang hobi, bukan hanya tentang profesi, pun bukan sekadar tuntutan tugas dan kepangkatan. Hobi apapun yang kita geluti, tetapi menulis menjadikan kita lebih memahaminya. Profesi apapun, menulis membuat kita lebih menguatkannya. Tugas dan syarat kepangkatan apapun, menulis menjadi point terpenting penilaian kapasitas kita.

Menulis adalah bentuk aktualisasi diri sekaligus cara belajar dan memahami diri sendiri. Bahkan akhirnya menulis sejatinya adalah pemenuhan kebutuhan dasar yang manusia membutuhkannya, yakni kebutuhan untuk berkomunikasi.(*)

* Penulis adalah Pendiri Penerbit Magama seklaigus penulis buku

Posting Komentar

0 Komentar