RAHASIA PENERBIT MAGAMA: BERTAHAN WALAU AWALNYA DIREMEHKAN

#Sulawesimenulis

Mungkin ada yang bertanya bagaimana Penerbit Magama dirintis dan bertahan hingga kini?

Dimulai dengan Keterbatasan, Dijalani dengan Remehan dan Menjawab Waktu dengan Ketekunan. Kalimat itu mungkin tak berlebihan jika menyebut bahwa modal pertamanya adalah tekad. Sebab bagi usaha lain yang sejenis, bisa saja dibangun dari kapitalisasi dana yang memadai bahkan besar, dimulai dari deretan karyawan siap melayani, bahkan diisi oleh tenaga-tenaga fresh graduate yang punya keahlian semua itu. Mungkin ada yang akan kecewa sebab Penerbit Magama tidak memulainya dari semua itu.

Bahkan mungkin akan lebih banyak lagi yang kecewa ketika tahu bahwa ketegaran dan apa yang saat ini terlihat dilakukan oleh Penerbit Magama dicapai melalui cara belajar otodidak yang dominan.

Sebagai Penerbit yang lahir di daerah dengan keterbatasan modal dana, tentu tidak akan terpenuhi jika harus melakukan magang, studi banding ke Penerbit lain atau bahkan mempekerjakan tenaga profesional sejak awal. Satu-satunya jalan masuk akal adalah memulai dengan apa adanya.

Awal-awal dirintis, perasaan diremehkan sebagai sebuah brand itu sangat terasa secara psikologis dan itu wajar. Sebab baik dari pendanaan, kecukupan karyawan, fasilitas, tenaga lulusan terbaik adalah sekadar angan namun tak memudarkan semangat dan optimisme.

Hal ini dapat juga berarti bocoran rahasia perusahaan bagaimana Penerbit Magama selama ini dirintis dan dijalankan. Bahwasanya, tidak ada yang mustahil selagi mendapat izin dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada awal dirintisnya, Penerbit Magama dijalankan dengan sangat sederhana. Karenanya bahkan sering diremehkan dan dianggap tidak memenuhi standar. Pelan tapi pasti Penerbit Magama terus membenahi diri, memperkuat brand dan mematangkan operasional. Hasilnya, selain bisa diterima perorangan, kerja sama Penerbit Magama juga sudah terjalin dengan berbagai instansi resmi pemerintah pusat dan daerah, terdaftar resmi di Perpustakaan Nasional yang oleh penerbit di daerah, terutama di Pulau Suawesi penerbit yang sudah tedaftar resmi dengan operasional terintegrasi dan dilakukan mandiri seperti ini masih bisa dihitung dengan jari.

Inilah yang terus menjadi semangat dan optimisme bahwa dimana ada kemauan maka akan ditunjukkan jalan. Kuncinya adalah terus tekun tahan banting dan punya tujuan yang jelas.

Sama sekali bukan untuk kebanggaan, namun sekadar berbagi motivasi dan pengalaman khususnya generasi muda. Pelajarannya adalah jangan pernah meremehkan pengalaman. Dan pengalaman itu tidak didapat di ruang kelas sekolah atau kampus. Untuk mendapatkan pengalaman kita harus berani menyeburkan diri, meneguhkan mental, siap memulai dan menjalaninya dengan ketekunan.

(*)

Posting Komentar

0 Komentar